Prolog
Di tempat ini ternyata. Fara yakin tempat ini sudah menunggu lama
dirinya bertemu dengan dia. Tempat ini menjadi saksi nyata bahwa fara dapat
bertemu dirinya lagi- setelah sekian lama. Bibirnya mengkatup rapat. Kini perhatiannya
hanya teralihkan pada satu pria yang berusaha melerai pertikaiannya dengan
orang disebelahnya. Dia sama diamnya seperti fara. Tak berkedip, mengatupkan
mulut, tak ada yang mengelurkan suara. fara hanya ingin pergi rasanya dari
tempat ini. Sedikit fara mendengar erangan kesakitan dari pria yang tadinya
berada di samping fara- kini berada di lantai tergolek lemas. Pria yang jatuh-
melihatnya dan mungkin sedikit bingung dengan kebisuan kami. Namun siapa yang
perduli jika ada yang memperhatikan? Karena mereka yang memperhatikan hanya tau
adanya pertemuan setelah perpisahan, tanpa tau sebab tersebut.
1. Awal
Dimulai hari terburukku.aku mengasihani diri sendiri di dalam kamar
semalaman hingga matahari yang sudah terbit. Namun aku belum ingin bangun juga
dari tempat tidur. Wajahku masih aku benamkan di bawah bantal. Merasa nyaman
dan aman jika seperti ini. Tak akan ada yang mendengar jika seorang wonder
woman menangis. Lebih mudah seperti ini- berada di dalam kamar, menangis dan mengeluh
kesah tanpa orang mendengar. Biar saja bulan, bintang, dan matahari ber saksi
atas turunnya air mataku. Dengan alibi aku sedang tidak ingin di ganggu karena
sebentar lagi ada ulangan tengah semester sehingga aku harus belajar keras.dan
pagi ini pukul 08.00 aku baru bangun dan masih saja bermalas-malasan. ibuku
berulang kali sudah mengetuk pintu kamarku namun aku tak kunjung keluar. Hari
ini hari minggu, kenapa ibuku tak membiarkan aku bersantai sedikit? Akupun
mengambil handponeku, setidaknya hanya ingin
mengecek apakah ada pesan atau tidak. Setelah aku memencet tombol tengah, layar
memperlihatkan pesan terakhirku kepada gilang. gilang tak membalas pesanku. Tak
masalah- semalam gilang membuat diriku tidak terlalu kesepian. Gilang memang
selalu membuat diriku nyaman. Aku mengeluarkan pesan dari gilang dan membuka
yahoo messenger. Dengan desahan kencang- rasanya sulit sekali membuka pesannya,
namun tetap aku buka juga. Memastikan apakah kejadian kemarin sore itu nyata
atau tidak. Kenyataannya menghantamku sangat keras. bintang benar benar memintaku
putus dengan alasan jenuh yang menyesakkan. Kenyataannya lagi aku langsung
memiikirkan seperti, apakah aku orang yang membosankan? Apakah aku pasangan
yang buruk sehingga tak pantas untuk di pertahankan? Tapi rasanya dari semua
pria yang pernah berpacaran denganku 98% aku yang memutuskan. Toh mungkin ini
hanya alasan bintang untuk meninggalkanku.
Seorang bintang sangat mudah mendapatkan perempuan yang lebih dariku- mengingat aku yang memang biasa. Air mataku mulai kembali turun. Siapa yang tak sedih mengingat hubungannya berakhir dengan pria yang sedang dicintai? Apalagi mengingat sebentar lagi hari ulang tahunku namun bintang malah memutuskan hubungan. Setidaknya aku ingin kado special dari pacar- bukannya dapat kado special malah sakit yang kurasa. Mau tidak mau aku bangun juga dari tidurku. Duduk- mengumpulkan nyawa. Kepalaku pusing juga karena semalaman hanya tiduran di tempat tidur. Rambutku berantakan. Banyak rambut yang terlepas dari ikatannya. Aku berjalan lunglai, sangat tak bersemangat di hari minggu pagi yang cerah. Melihat penampilanku di meja rias yang sangat berantakan. Mataku yang berlipat lipat dan menjadi sipit karena mengeluarkan air mata terlalu banyak. Bintang jahat,ucapku dalam hati. Di dekat meja rias aku berjalan mendekati jendela kamarku. Membukanya agar semua sinar matahari masuk ke kamarku. Lumayan vitamin D untuk kulitku yang tak terurus. Kamarku di lantai dua rumah. Sama dengan kamar orang tuaku yang juga berada di lantai dua. Di bawah hanya ada kamar tamu. Aku anak satu-satunya. Tanpa kakak dan tanpa adik. Sangat sulit ketika ada masalah kau tak bisa menceritakannya. Tak ada teman berbagi. Dan sulit rasanya menceritakan ini pada ibu atau ayahku. Bagaimana kalau aku menceritakannya sambil menangis, tak bisa aku bayangkan apa yang ayah lakukan pada si cowok yang aku tangisi.
Saat aku membuka jendela, wajahku melihat kebawah. Komplek rumah yang ramai dengan anak- anak. Sarapan anak balita yang diasuh oleh baby sister nya. Sudah pemandangan yang biasa di setiap hari minggu- hari keluarga tentu saja. Dan disana pun aku melihat zakki yang berada di depan rumahnya. Mukanya serius sambil membasuh motor Honda kesayangannya dengan sabun yang sudah dicampur air. Kakak ku yang satu ini memang rajin sekali. Aku sangat dekat dengan zakki, seperti kakak kandungku sungguhan. Padahal hanya teman sepermainan dari kecil. Siapa yang tak bangga mempunyai kakak seperti zakki? Besekolah di UI jurusan management bisnis. Walaupun kadang- kadang aku suka mengejeknya seperti
“ngaku sekolah di UI,katanya banyak cewek nempel sama lo, tapi mobil gak punya. Urusannya sama motor hondaaaa terus. Kapan punya mobilnya? Bergaya dikit dong zak” tapi pasti zakki menimpali
“tunggu aja tanggal mainnya. Nanti kalau gue punya mobil kan lo juga yang bangga” lalu aku menimpali
“kapan? Ngomongnya gitu terus. Makanya kumpulin uang dong zak. Uang jangan dipake terus untuk nraktir cewek”
kalau untuk pernyataan yang satu ini aku sengaja membicarakannya di depan mamah zakki. Mamah zakki biasanya hanya menggelengkan kepala dan sesekali menganggap serius perkataanku. Sehingga pernah zakki tak di beri uang jajan agar zakki tak mentraktir teman cewek yang sedang dekat dengannya. Pernah aku mendengar ibu zakki berkata “ngapain sih zak pake sok sok nraktir temen cewek kamu itu? Mau dibilang baik atau gimana? Zak kamu itu masih pake uang orang tua. Kalau kamu sudah punya uang sendiri sih gapapa, terserah uangnya mau kamu kasih semua ke perempuanmu. Lebih baik kamu itu kumpulin uang. Masih banyak yang lebih berguna blablablabla”. Dan semenjak itu zakki mengutukku atas sikapku yang menyebalkan namun lucu ini. Padahal aku hanya ngasal bicara seperti itu. Aku yakin zakki tidak mentraktir temen ceweknya, zakki kan cowok “terlalu banyak mikir” namun pintar. Kalau gak pintar gak mungkin dia masuk universitas Indonesia. Siapa yang tidak mau masuk situ? Semua orang mau. Ya memang kecuali aku yang langsung metapkan keinginan untuk berkuliah di UGM kelak. Dan sama sepertiku zakki juga anak tunggal. Aku dan zakki memang mempunyai persamaan nasib. Aku jadi asyik sendiri melihat zakki mencuci motornya ketika zakki akhirnya memanggilku dengan kencang.
Seorang bintang sangat mudah mendapatkan perempuan yang lebih dariku- mengingat aku yang memang biasa. Air mataku mulai kembali turun. Siapa yang tak sedih mengingat hubungannya berakhir dengan pria yang sedang dicintai? Apalagi mengingat sebentar lagi hari ulang tahunku namun bintang malah memutuskan hubungan. Setidaknya aku ingin kado special dari pacar- bukannya dapat kado special malah sakit yang kurasa. Mau tidak mau aku bangun juga dari tidurku. Duduk- mengumpulkan nyawa. Kepalaku pusing juga karena semalaman hanya tiduran di tempat tidur. Rambutku berantakan. Banyak rambut yang terlepas dari ikatannya. Aku berjalan lunglai, sangat tak bersemangat di hari minggu pagi yang cerah. Melihat penampilanku di meja rias yang sangat berantakan. Mataku yang berlipat lipat dan menjadi sipit karena mengeluarkan air mata terlalu banyak. Bintang jahat,ucapku dalam hati. Di dekat meja rias aku berjalan mendekati jendela kamarku. Membukanya agar semua sinar matahari masuk ke kamarku. Lumayan vitamin D untuk kulitku yang tak terurus. Kamarku di lantai dua rumah. Sama dengan kamar orang tuaku yang juga berada di lantai dua. Di bawah hanya ada kamar tamu. Aku anak satu-satunya. Tanpa kakak dan tanpa adik. Sangat sulit ketika ada masalah kau tak bisa menceritakannya. Tak ada teman berbagi. Dan sulit rasanya menceritakan ini pada ibu atau ayahku. Bagaimana kalau aku menceritakannya sambil menangis, tak bisa aku bayangkan apa yang ayah lakukan pada si cowok yang aku tangisi.
Saat aku membuka jendela, wajahku melihat kebawah. Komplek rumah yang ramai dengan anak- anak. Sarapan anak balita yang diasuh oleh baby sister nya. Sudah pemandangan yang biasa di setiap hari minggu- hari keluarga tentu saja. Dan disana pun aku melihat zakki yang berada di depan rumahnya. Mukanya serius sambil membasuh motor Honda kesayangannya dengan sabun yang sudah dicampur air. Kakak ku yang satu ini memang rajin sekali. Aku sangat dekat dengan zakki, seperti kakak kandungku sungguhan. Padahal hanya teman sepermainan dari kecil. Siapa yang tak bangga mempunyai kakak seperti zakki? Besekolah di UI jurusan management bisnis. Walaupun kadang- kadang aku suka mengejeknya seperti
“ngaku sekolah di UI,katanya banyak cewek nempel sama lo, tapi mobil gak punya. Urusannya sama motor hondaaaa terus. Kapan punya mobilnya? Bergaya dikit dong zak” tapi pasti zakki menimpali
“tunggu aja tanggal mainnya. Nanti kalau gue punya mobil kan lo juga yang bangga” lalu aku menimpali
“kapan? Ngomongnya gitu terus. Makanya kumpulin uang dong zak. Uang jangan dipake terus untuk nraktir cewek”
kalau untuk pernyataan yang satu ini aku sengaja membicarakannya di depan mamah zakki. Mamah zakki biasanya hanya menggelengkan kepala dan sesekali menganggap serius perkataanku. Sehingga pernah zakki tak di beri uang jajan agar zakki tak mentraktir teman cewek yang sedang dekat dengannya. Pernah aku mendengar ibu zakki berkata “ngapain sih zak pake sok sok nraktir temen cewek kamu itu? Mau dibilang baik atau gimana? Zak kamu itu masih pake uang orang tua. Kalau kamu sudah punya uang sendiri sih gapapa, terserah uangnya mau kamu kasih semua ke perempuanmu. Lebih baik kamu itu kumpulin uang. Masih banyak yang lebih berguna blablablabla”. Dan semenjak itu zakki mengutukku atas sikapku yang menyebalkan namun lucu ini. Padahal aku hanya ngasal bicara seperti itu. Aku yakin zakki tidak mentraktir temen ceweknya, zakki kan cowok “terlalu banyak mikir” namun pintar. Kalau gak pintar gak mungkin dia masuk universitas Indonesia. Siapa yang tidak mau masuk situ? Semua orang mau. Ya memang kecuali aku yang langsung metapkan keinginan untuk berkuliah di UGM kelak. Dan sama sepertiku zakki juga anak tunggal. Aku dan zakki memang mempunyai persamaan nasib. Aku jadi asyik sendiri melihat zakki mencuci motornya ketika zakki akhirnya memanggilku dengan kencang.
“fara!” aku menyahut dengan senyuman saja.
“baru bangun kan lo? Rambut masih berantakan gitu. Malu dilihat tetangga hey” aku memeletkan lidah mendengar perkataan zakki. Malah perkataannya yang membuat tetangga ku melihat ke arahku. Tanganku langsung membereskan rambutku sekenanya dengan jariku.
“rezeki lo dipatok ayam nanti”
“rezeki gue udah di patok dari kemarin sore” ucapku pelan tanpa benar-benar mau tetanggaku mendengar kesalku.
“cepet lo mandi, gue siram nih”
“nih nih” ucapku menantang zakki. Mumpung aku sedang di lantai dua. Zakki langsung mengarahkan selang airnya yang panjang ke arahku. Aku langsung kabur ke dalam.
“baru bangun kan lo? Rambut masih berantakan gitu. Malu dilihat tetangga hey” aku memeletkan lidah mendengar perkataan zakki. Malah perkataannya yang membuat tetangga ku melihat ke arahku. Tanganku langsung membereskan rambutku sekenanya dengan jariku.
“rezeki lo dipatok ayam nanti”
“rezeki gue udah di patok dari kemarin sore” ucapku pelan tanpa benar-benar mau tetanggaku mendengar kesalku.
“cepet lo mandi, gue siram nih”
“nih nih” ucapku menantang zakki. Mumpung aku sedang di lantai dua. Zakki langsung mengarahkan selang airnya yang panjang ke arahku. Aku langsung kabur ke dalam.
Akhirnya aku keluar kamar setelah pengurunganku semalam. Lalu aku
menutup kamarku dengan suara yang aku lebih lebihkan agar orang tuaku tau aku
sudah keluar dari kamar tanpa memperlihatkan wajahku pada mereka. Aku berjalan
ke kamar mandi yang berada di lantai atas- selain di lantai bawah tentunya.
Ibuku langsung berteriak.
“udah puas tidurnya?” aku tau ini seperti sindiran. Tapi siapa yang
peduli jika seseorang sedang patah hati?
“lumayan” ucapku sederhana.
“cepet ke kamar mandi terus makan” tanpa menjawab aku langsung ke kamar mandi. Rasanya selera makanku tidak ada sama sekali.
“lumayan” ucapku sederhana.
“cepet ke kamar mandi terus makan” tanpa menjawab aku langsung ke kamar mandi. Rasanya selera makanku tidak ada sama sekali.
bersambung..
Comments
Post a Comment
Terimakasih telah membaca blog saya! bisa kali tulis komentarnya disini