2. Halaman Pertama
Tiga minggu. Waktu yang cukup lama untuk aku
berfikir mana yang benar dan mana yang salah. Mana yang baik dan mana yang
buruk. Aku sudah cukup dewasa hingga aku harus dapat memilih keputusan yang
benar. Aku tipe orang yang banyak berfikir- lagi lagi aku persis sama seperti zakki. Tapi baru saja- 10 menit yang lalu aku melakukannya. Hingga aku
mendesahkan nafas dengan kencang. Tadi aku melakukannya tanpa berfikir. Tak
perduli dengan hasilnya yang penting aku lega. Aku berkaca pada meja rias dikamarku.
Tersenyum-senyum sendiri seperti orang gila. “kalau begini kan aku kelihatan
lebih fresh” ucapku sendiri. Merasa puas walaupun mungkin ini kelewat pendek. Hingga
akhirnya ibuku masuk ke dalam kamarku. Aku kaget mendengarnya dia berteriak.“dek, kamu apain rambut kamu? Ya Allah….”
Selebihnya aku hanya nyegir. Toh tanpa aku jawab ibuku sudah melihat. Akupun
langsung berdiri dan memasukkan barang-barang sekenanya ke dalam tas.
“kamu potong sendiri dek? Berani banget sih kamu”
“lagian ibu gak mau potongin” ucapku dengan alasan. Padahal aku yakin ibuku
mau, hanya saja aku yang tak sabaran. Dan sekarang hasilnya jadi lebih pendek
dari yang aku inginkan.
“pendek banget. Kamu gak malu gitu ke sekolah rambut sekuping gitu?” kata ibu
masih takjub. Aku jadi risih di lihat seperti itu.
“aku bukannya malah tambah lucu bu? Hehehe” ibu yang mendengar pertanyaanku
hanya menggelengkan kepala dan masih memperhatikan anak ajaib di hadapannya.
“yaudah bu aku berangkat ya”
“mau kemana? Minggu kok malah pergi bukan dirumah. Gak betah banget dirumah sih
kamu” ucapan ibu sangat mencelos dan sangat cepat. Panjang dan lebar.
“aku kan anak OSIS, aku mau jualan di sekolah. Mumpung di sekolah ada event.
Lumayan, kan melatih keberanian, belajar dagang” aku berkata tak kalah cerewet.
Aku pun salam dan ibuku mengucapkan hati-hati dan nasihat nasihat lainnya.
Kalau menjaga diri itu pasti aku lakukan. Tapi aku paling tidak bisa menuruti
yang ini “pulangnya jangan lama-lama” maka dari itu yang satu itu perkataannya
aku abaikan. Aku turun ke lantai bawah, keluar rumah. Hah. Menghirup udara yang
mumpung masih segar. Seperti biasa di hari minggu, komplek menjadi ramai penuh
dengan anak anak yang tertawa berlari-larian. Tak kalah sang baby sister yang
mengawasi. baby sister yang mengumpul di komplek menjadi satu dan bergosip ria-
sangat naluriah memang. Aku bersyukur setidaknya baby sister tersebut
sepertinya tidak pernah menggosipkanku. Toh hidupku memang tak menarik untuk
digosipkan. Aku meringis dalam hati. Aku memakai sepatuku yang bertali. Memakai
dengan santai sedikit sambil menunggu zakki yang tak kunjung datang.
Sesambilnya mengikat tali sepatu, aku melihat pergelangan tanganku yang hanya
tersangkut gelang- tak ada ikatan rambut lagi. Karena well rambutku sudah
pendek. Ini mempermudahku. Aku jadi tak usah repot-repot menguncir rambut
panjangku yang tebal. Sampai selesai mengikat pun zakki belum kunjung datang
juga. Aku jengkel sekali dengan kebiasaan zakki yang ngaret. Aku melihat jam,
pasti anak-anak kesal karena aku terlambat. Benakku. Akupun mengucapkan salam
terakhirku pada ibu, sedangkan ayahku- pasti sedang berolahraga pagi. Kalau
bertemu temannya bisa juga mengobrol-ngobrol dahulu. Aku keluar pagar rumah
juga akhirnya. Saat menengok ke sebelah kanan rumah- iseng, ada dua orang baby
sister yang tersenyum ramah kepadaku. Aku pun membalasnya untuk sopan santun.“mau kemana far pagi-pagi?” Tanya mereka.
Basa-basi yang cukup ramah. Aku pun menanggapinya pendek.
“biasa OSIS” mereka pun hanya menggumam oh. Cukup lega mereka tak menanyakan
rambutku. Walaupun sebenarnya aku tau mereka memperhatikan rambutku. Siapa sih
yang tidak peka terhadap rambutku yang tadinya panjang se siku menjadi se
kuping. Akupun berjalan ke sebelah kiri sebrang- rumah zakki dengan langkah yang terlalu
bersemangat. Samping kanan rumah zakki terdapat baby sister lagi. Oh pagi ini
aku melihat dua kubu baby sister. Yang satu untuk kubu A dan yang satu lagi
untuk kubu B. sangat lucu sekaligus menyebalkan.“fara, rambutnya kamu apain sampai pendek
gitu? Ya Ampun….” “fara, rambut yang di potong kamu kemanain? Sini deh buat
aku aja. Aku mau banget malah. Rambutku susah banget panjangnya” “fara, ya
Allah kamu tuh lagi buang sial apa gimana sih? Sampai segitunya motong rambut”
tiga komentar dari tiga baby sister. Mengingat suasana hatiku yang lagi damai,
akupun menjawab semua pernyataan mereka dengan sangat sabar. Toh aku memang
sudah dikenal baik di komplek ini.“ya aku potonglah mba”
“udah aku buang ke tong sampah. Kalau mba mau,mba ambil aja. Itu juga kalau mba
gak keberatan”
“buang sial? Gak niat gitu sih mba. Tapi boleh juga tuh alasannya”
dua baby sister hanya diam, tapi satu baby sister masih menimpali.
“serius nih far boleh di ambil?” aku langsung berdeham- untuk menahan tawa
sebenarnya. Serius si mba pengen ngambil itu rambut?
“iya. Tapi sayangnya kayaknya udah dimakan sama tikus rumah deh mba”
“emangnya tikus doyan rambut ya far?”
“tikus doyan apa aja. Buat memperhambat pertumbuhan giginya. Aku di kasih tau
guruku. Kalau mau lebih tau mba Tanya guruku aja” akhirnya si baby sister
tersebut diam juga dan hanya mengangguk. Kurang tau juga apa sebenarnya si baby
sister mengerti perkataanku atau tidak. Dengan sangat senang akhirnya aku
sampai juga di depan rumah zakki- seperti jauh saja rumah zakki dari rumahku.
Saking dekatnya sebenarnya aku bisa saja mengesot-kalau boleh dan tidak di
bilang aneh.“zaaaaaaaaakkkkki, zak zaaaaakkkki,
assalamualaikum”
“waalaikumsalam” jawab zakki. Kedengarannya seperti panik dan terburu-buru.
Samar-samar aku mendengar suara mamah zakki yang memarahi zakki karena sikapnya
yang terburu-buru membuat rak sepatu menjadi berantakan. terdengar sampai luar.
“iya mah, nanti cakki beresin, jangan bawel deh malu kedengeran tetangga lain”
“kamu ini yang malu. Malu tuh sifat kamu yang buat mamah marah terus. Pah itu
pah anak kamu” “masih anak muda mah wajar” terdengar suara papah zakki yang
membela. Sifat zakki memang sebagian besar turun dari papahnya. Aku senang juga
sih, kadang aku membayangkan jika gen mamah zakki yang turun ke zakki, apa aku
bisa berteman sedekat ini dengan zakki? Akhirnya pagar rumahnya terbuka juga.
Sambil mengeluarkan kunci motor dari saku jaketnya dan mulai menaiki motor.
Mundur untuk mengeluarkan motor tersebut keluar dari pagar rumahnya.“cakki udah makan?” tanyaku menggoda-
memanggilnya dengan panggilan sayang mamahnya. Paling senang menggoda zakki.
“apaansih lo” ucapnya kesal walaupun aku tau zakki tak sepenuhnya kesal. “ih
serius. cakki udah makan atau belum?” zakki pun menengok ke arahku, dengan
aba-aba melalui kepalanya ia menyuruhku segera duduk di belakangnya. Aku pun
menurut.
“belum far,padahal laper” katanya mengiba.
“belum? Lo ngapain aja daritadi? Hah? Wah kebangetan lo. Ngaretnya udah parah.
Gue telat nih gara-gara lo. Cowok gentleman itu adalah cowok yang gak
ngaret,bisa nepatin janji. Wah gawat lo. Gue rasa lo tuh selain harus belajar
tentang management bisnis,lo juga harus belajar tentang management waktu. Anak
kuliahan kalah sama anak SMA”
“lo selalu bilang ibu lo kalau ngomong panjang kali lebar. Lo gak sadar ya? Gen
ibu lo udah mendarah daging di diri lo. Malah lebih parah” aku langsung
cemberut. Aku paling tak senang jika aku ini dibilang cerewet atau semacamnya.
Walaupun zakki tak tau ekspresi mukaku. Dia sudah tau benar apa yang terjadi di
belakangnya.
“cemberut deh, gak seneng deh. Dasar moodyan”
“zak, lo gak sadar apa?”
“apaan? Eh gue mau makan dulu ya? Makan bubur doang deh di pinggir jalan. Gue
traktir lo deh,yuk”
“paling tau deh. Sok sok bilang mau traktir. Padahal tau tuh gue bakal nolak di
traktir, padahal tau tuh gue udah sarapan” aku hanya mendengar tawa dari zakki.
Apa zakki gak sadar ya kalau rambutku di potong sampai se kuping? Apa ini yang
di maksud orang-orang tentang cowok yang gak peka? Baru aku ingin mengeluarkan
suara ketika akhirnya akupun mendengar suara tawa yang keras dari depan- tentu
saja zakki. Aku mengernyitkan alis.“kesambet nih, kenapa ih?”
“gue udah menunda- nunda. Dari tadi tahan nafas. Dari tadi ngalihin perhatian.
Pengennya sih gitu. Tapi gak bisa. Akhirnya gue ketawa juga kan hahahaha” to
the point aja deh. Ungkapku dalam hati. Jengkel.
“rambut looooooo, parah lo potong segitu. Yang lagi nge trend itu di potong
sepundak rambutnya. Belah tengah. Tapi lo malah di potong sekuping” masih
tertawa dengan kencang. Beberapa orang memperhatikan dan aku hanya manyun.
“lo fikir gue potong rambut untuk ngikutin trend?” tanyaku dengan nada marah.
“terus? Apalagi coba? Yakali kan fara yang sekarang pengen berubah jadi anak
gaul wkwkwkwk”
“mau buang sial gue” aku jadi tertawa sendiri dalam hati dengan pernyataanku.
Mengikuti perkataan baby sister di kubu B.
“percaya aja sih yang begituan. Emang lo kena sial apa sampai sebegitunya?”
tanyanya benar benar penasaran.
“lo gak tau ya zak? Udah lama gue pengen bilang. Sebenarnya tuh… gue setiap
hari kena sial. Setiap jam. Ya enggak setiap menit sih. Lebay banget gitu
kesannya. Tapi gue beneran kena sial setiap hari” ungkapku serius. zakki pun
mendengar dengan baik dan menggumam. “apa? Kenapa lo baru cerita?”
“gue nunggu gue berumur 16 tahun. Baru deh gue cerita. Gue udah cukup berani
bilang juga kalau sekarang. Gue sial selama dekat dengan lo”
“oh ya? Berarti lo udah sial selama 16 tahun dong?”
“iya……”
“hem,lama juga ya. Contoh sialnya gimana? Kasih contoh dong. Misal contoh
sialnya itu kayak gue selalu punya waktu nganterin lo kesekolah? Gue selalu
bantuin ngerjain pr kalau ada yang lo gak ngerti? Gue nemenin lo main kalau
lagi bosen? gue selalu membuat lo tersenyum itu juga bikin lo sial? Buset.
Kalau sialnya gitu, gimana untungnya” aku tertawa ngakak tak henti-henti. Benar
juga. Gimanapun juga semua yang dikatakan zakki benar dan aku jadi salut dengan
kesetia kawanan zakki.
“kalau yang bikin untung itu, ajarin gue nyetir mobil. Baru bikin untung” zakki diam saja. Zakki paling anti mengajariku mengendarai mobil. Menurutnya aku baru
boleh belajar sampai aku berumur 18 tahun. Dia memang sahabat dan kakak yang
terlalu waspada dan kuper.
“yaudah makan bubur nya di deket sekolah gue aja,oke? Sekalian liat pemandangan
cewek-cewek anak SMA. Kali aja ada yang menarik perhatian lo” zakki hanya
menurut dengan anggukan kepalanya yang tak aku lihat.bersambung..
Comments
Post a Comment
Terimakasih telah membaca blog saya! bisa kali tulis komentarnya disini