Di kelas
yang sangat sepi sangat memicuku untuk berteriak-teriak kencang. Agar
teman-temanku yang lain tak mendengar tentunya. Sekarang sudah istirahat dan
tentunya aku akan tetap dikelas. Benar-benar tak berani untuk keluar kelas-
takut bertemu dengan bintang. Itulah alasannya. Padahal perut ku sedari pelajaran
ke tiga sudah berbunyi dengan nyaring. mawa saja sampai Tertawa mendengar suara
perutku. Aku sangat menyesali karena tidak sarapan yang banyak tadi pagi. Dan
lagi aku tak meminta ibuku untuk membawakan bekal. Tadinya aku ingin meminta
tolong belikan makanan oleh mawa, namun pasti sulit membawakan makanannya.
Sungguh aku juga tak ingin merepotkan mawa. Ditempat sepi ini pula aku jadi
membayangkan yang lucu-lucu- apa saja aku fikirkan. Kalau sedang sendiri memang
lebih mudah otakku menerawang kemana-mana. Tiba-tiba aku mengingat satu hal.
Aku tak mungkin selamanya mengumpat seperti ini. cepat atau lambat aku pasti
akan bertemu dengan bintang. Dan bintang akan menanyakan kembali “mau gak lo jadi pacar
gue lagi?”
“FARA WOY”
Aku
terlonjak kaget mendengar teriakan yang sangat keras di telingaku. Dengan
segera aku mengedip-ngedipkan mata lalu berkonsentrasi penuh dengan lingkungan
sekelilingku. Beberapa temanku yang dari kantin sudah kembali ke kelas- lumayan
banyak. Pasti aku melamun cukup lama sehingga tak menyadarinya.
“bengongin
apaan sih lo? dari tadi dipanggilin juga” ungkap mawa kesal. Mawa yang sekarang
sudah berada di samping tempat ku duduk.
dan tiba-tiba gilang dan doni temannya datang. Sambil membawa makanan yang baru dibelinya di kantin. Kini gilang menjadi pusat perhatianku. Aku terkagum-kagum melihat betapa gagahnya dia layaknya pahlawan yang akan menolong rakyatnya. Aku paling mengagumi matanya yang sangat bersinar. Matanya bulat sempurna dan alisnya yang tebal. Namun cocok di atas wajahnya yang tampan seperti Hercules. Tentu saja aku mengatakan ini dalam hati. Kalau aku ceritakan dengan mawa pasti mawa menganggapku sinting. Gilang kok di sama-samakan sama Hercules?
dan tiba-tiba gilang dan doni temannya datang. Sambil membawa makanan yang baru dibelinya di kantin. Kini gilang menjadi pusat perhatianku. Aku terkagum-kagum melihat betapa gagahnya dia layaknya pahlawan yang akan menolong rakyatnya. Aku paling mengagumi matanya yang sangat bersinar. Matanya bulat sempurna dan alisnya yang tebal. Namun cocok di atas wajahnya yang tampan seperti Hercules. Tentu saja aku mengatakan ini dalam hati. Kalau aku ceritakan dengan mawa pasti mawa menganggapku sinting. Gilang kok di sama-samakan sama Hercules?
“gue
bengongin pangeran yang di utus oleh sang raja” aku memang benar memikirkan gilang. Aku memikirkan seandainya gilang merasakan seperti apa yang aku rasa.
“wah udah sinting lo karena cinta. Udah move nih dari bintang?” mendengar perkataan mawa aku langsung menundukkan kepala dan mendesahkan suara dengan sangat keras. Mengapa mawa malah membahas bintang yang jelas-jelas sedang aku enyahkan dari fikiranku. Aku masih memandang gilang dengan penuh perhatian yang diam-diam. Kalau melihat gilang tiba-tiba darahku bisa mengalir sangat deras dan tiba-tiba jantungku bisa berdegup kencang. Semoga gilang tak bisa mendengar degup ku ini. gilang sekarang sedang menyuap makanannya ke mulutnya. Hening tanpa mengobrol lagi dengan sahabatnya doni. Dengan inisiatif yang tiba-tiba muncul di otakku akupun berjalan mendekatinya.
“ekhem enak tuh makanannya” gilang masih saja menatap makanannya tanpa menengok ke arahku sama sekali.
“ya enaklah” katanya. Walaupun ia tak menengok ke arahku namun ia tersenyum. Aku jadi ikut tersenyum melihatnya tersenyum. Tiba-tiba perutku berbunyi dengan kencang. Aku mengutuk perutku ini dalam hati. Yang benar saja? Perut ini berbunyi nyaring saat diriku berada di hadapan gilang. Aku takut gilang jadi ilfil……
“hahahahahahahaha” tawa gilang dengan sangat kencang dan seisi kelas mendengarnya. “kenapa si lang bahagia banget” “tau nih gilang aneh banget” “bukan temen gue” kata doni yang ikut mengomentari di akhir. Aku langsung berteriak juga karena malu yang sangat parah. Kenapa sih aku tak bisa bersikap normal sedikit kalau berada di hadapan gilang?
“lo laper far? Bilang kenapa sih jangan diem doang” ungkap gilang masih tertawa.
“enggak kok. Perut gue emang suka gini. Bunyi tiba-tiba” akupun berjalan ke bangku ku kembali dan aku mendapati mawa yang sudah tertawa juga.
“wah udah sinting lo karena cinta. Udah move nih dari bintang?” mendengar perkataan mawa aku langsung menundukkan kepala dan mendesahkan suara dengan sangat keras. Mengapa mawa malah membahas bintang yang jelas-jelas sedang aku enyahkan dari fikiranku. Aku masih memandang gilang dengan penuh perhatian yang diam-diam. Kalau melihat gilang tiba-tiba darahku bisa mengalir sangat deras dan tiba-tiba jantungku bisa berdegup kencang. Semoga gilang tak bisa mendengar degup ku ini. gilang sekarang sedang menyuap makanannya ke mulutnya. Hening tanpa mengobrol lagi dengan sahabatnya doni. Dengan inisiatif yang tiba-tiba muncul di otakku akupun berjalan mendekatinya.
“ekhem enak tuh makanannya” gilang masih saja menatap makanannya tanpa menengok ke arahku sama sekali.
“ya enaklah” katanya. Walaupun ia tak menengok ke arahku namun ia tersenyum. Aku jadi ikut tersenyum melihatnya tersenyum. Tiba-tiba perutku berbunyi dengan kencang. Aku mengutuk perutku ini dalam hati. Yang benar saja? Perut ini berbunyi nyaring saat diriku berada di hadapan gilang. Aku takut gilang jadi ilfil……
“hahahahahahahaha” tawa gilang dengan sangat kencang dan seisi kelas mendengarnya. “kenapa si lang bahagia banget” “tau nih gilang aneh banget” “bukan temen gue” kata doni yang ikut mengomentari di akhir. Aku langsung berteriak juga karena malu yang sangat parah. Kenapa sih aku tak bisa bersikap normal sedikit kalau berada di hadapan gilang?
“lo laper far? Bilang kenapa sih jangan diem doang” ungkap gilang masih tertawa.
“enggak kok. Perut gue emang suka gini. Bunyi tiba-tiba” akupun berjalan ke bangku ku kembali dan aku mendapati mawa yang sudah tertawa juga.
Bel pulang
berbunyi. Akupun dengan gerakan yang sangat cepat langsung membereskan
buku-buku yang berserakan di meja ke dalam tas. Tak perduli apakah akan rapih
atau tidak. Aku juga memastikan barang ku tidak ada yang ketinggalan sama
sekali. Sebelum aku pulang aku memotret papan tulis dahulu yang berisi catatan
dari guruku. Masih banyak teman-temanku yang mencatat nya langsung dengan
tulisan tangan- biasanya aku juga begitu. Tapi berhubung karena ini darurat dan
aku tak ingin bintang melihatku juga jadi hal inilah yang harus aku lakukan.
Biasanya aku setelah bel masih mengobrol bersama teman-temanku di kelas.
membahas apa saja yang akan kami bahas. Seminggu setelah aku putus dari bintang
pembahasan aku bersama teman-temanku adalah tentang bintang. Membahas mengapa aku
berakhir bersama bintang dan lainnya. Kadang aku juga meneteskan air mata bila
membicarakan tentang bintang. Tapi itu tak berlangsung lama. Hanya tiga hari
berturut-turut aku menangisinya dan setelah itu semua kembali berjalan normal
walaupun terkadang aku suka merindukan keberadaan bintang. Dan belakangan aku
dan teman-temanku kembali membicarakan giilang. Bukan teman-temanku sih,
sebenarnya aku yang membahas terlebih dahulu. Gilang dan doni termasuk orang
yang cepat keluar kelas. Jika sudah bel pulang mereka pasti benar- benar
pulang. Jarang-jarang aku bisa bercanda-canda dengan gilang kalau sudah bel
pulang.
“gue pulang duluan ya” ucapku pada teman-temanku.
“tumben far cepet, ngobrol-ngobrol dululah”
“gue buru-buru nih. Darurat. Byeeeee”
langkah pertama yang aku lakukan keluar kelas. Sebelum itu aku memastikan dulu di luar tidak ada bintang yang mungkin malah ke kelasku untuk menemuiku. Tapi akhirnya aku tenang juga karena tak ada bintang di luar sana. Selanjutnya aku berbelok ke arah kiri dari kelas. Takut mungkin aku belok kanan. Kalau belok kanan berarti membiarkan diriku bertemu dengan bintang. Pagar kecil tangga yang aku lewati tadi pagi juga masih terbuka. Jadi aku menghela nafas yang sangat kencang. Aku pun menuruni anak tangga dengan sangat cepat. Hanya ada beberapa anak yang melewati tangga ini. karena tangga ini memang sangat kecil sekali. Sampai di bawah aku segera berjalan cepat. Sedikit lagi aku akan sampai ke depan gerbang utama sebelah kanan..sebentar lagi. Tapi aku memastikan dulu apakah di tangga utama atas ada bintang atau tidak dan ternyata…… tidak ada. Mungkin bintang masih berada di kelas karena memang aku juga terlalu cepat untuk keluar. Dan sampailah aku depan gerbang. Dengan backsound we are the champion aku pun langsung bernafas lega. Hari pertama berhasil!
“gue pulang duluan ya” ucapku pada teman-temanku.
“tumben far cepet, ngobrol-ngobrol dululah”
“gue buru-buru nih. Darurat. Byeeeee”
langkah pertama yang aku lakukan keluar kelas. Sebelum itu aku memastikan dulu di luar tidak ada bintang yang mungkin malah ke kelasku untuk menemuiku. Tapi akhirnya aku tenang juga karena tak ada bintang di luar sana. Selanjutnya aku berbelok ke arah kiri dari kelas. Takut mungkin aku belok kanan. Kalau belok kanan berarti membiarkan diriku bertemu dengan bintang. Pagar kecil tangga yang aku lewati tadi pagi juga masih terbuka. Jadi aku menghela nafas yang sangat kencang. Aku pun menuruni anak tangga dengan sangat cepat. Hanya ada beberapa anak yang melewati tangga ini. karena tangga ini memang sangat kecil sekali. Sampai di bawah aku segera berjalan cepat. Sedikit lagi aku akan sampai ke depan gerbang utama sebelah kanan..sebentar lagi. Tapi aku memastikan dulu apakah di tangga utama atas ada bintang atau tidak dan ternyata…… tidak ada. Mungkin bintang masih berada di kelas karena memang aku juga terlalu cepat untuk keluar. Dan sampailah aku depan gerbang. Dengan backsound we are the champion aku pun langsung bernafas lega. Hari pertama berhasil!
Comments
Post a Comment
Terimakasih telah membaca blog saya! bisa kali tulis komentarnya disini