sedih tak
berujung. Aku terngiang oleh lagu glen fredly. Tapi aku tak berhenti berharap.
Aku selalu….. entahlah, tapi aku benar-benar percaya bahwa gilang peduli padaku.
Walaupun tak ada bukti tertulis, bukti nyata atau semacamnya. Apa mungkin
karena aku saking berharapnya jadi seperti ini? lalu lagu selanjutnya yang aku
ngiangkan adalah ku tetap menanti yang dinyanyikan oleh nikita willy. Mungkin
lagu ini yang benar-benar menggambarkan keadaanku sekarang.
Ku akan menanti
meski harus penantian panjang
ku akan tetap setia menunggumu
ku tau kau hanya untukku...
ku akan tetap setia menunggumu
ku tau kau hanya untukku...
Percayalah.
Kau akan benar-benar menyukai lagu tersebut jika kau sedang merasakannya.
Sedang mengalaminya…
untungnya air mataku belum turun dengan deras. Walaupun mataku sudah berkaca-kaca. Sungguh tidak serasi, matahari pagi yang cerah dan hatiku yang sedang redup. Hingga akhirnya ibu ku memasuki kamarku yang tidak di kunci tersebut. Jika sedang hari sekolah aku memang sengaja tidak mengunci pintu kamar, agar ibuku dengan mudah membangunkanku untuk segera mandi. Lebih baik begitu daripada mengambil resiko untuk terlambat masuk sekolah. Bisa-bisa aku harus pulang lagi kerumah- karena diusir oleh wakasek kesiswaan dan tentunya ibuku yang menyambutku dirumah akan mengomel-ngomel. Panjang kali lebar tentunya. Tapi sebenarnya aku sudah bangun dari jam 05.30. bukannya bermalas-malasan atau bagaimana. Semalam aku bermimpi yang sama lagi. Di kejar-kejar ular dan aku ketakutan. Aku berteriak dengan sangat kencang di mimpi. Setelah bangun aku jadi sedih dan menyanyi dalam hati lagu sedih tak berujung tersebut.
untungnya air mataku belum turun dengan deras. Walaupun mataku sudah berkaca-kaca. Sungguh tidak serasi, matahari pagi yang cerah dan hatiku yang sedang redup. Hingga akhirnya ibu ku memasuki kamarku yang tidak di kunci tersebut. Jika sedang hari sekolah aku memang sengaja tidak mengunci pintu kamar, agar ibuku dengan mudah membangunkanku untuk segera mandi. Lebih baik begitu daripada mengambil resiko untuk terlambat masuk sekolah. Bisa-bisa aku harus pulang lagi kerumah- karena diusir oleh wakasek kesiswaan dan tentunya ibuku yang menyambutku dirumah akan mengomel-ngomel. Panjang kali lebar tentunya. Tapi sebenarnya aku sudah bangun dari jam 05.30. bukannya bermalas-malasan atau bagaimana. Semalam aku bermimpi yang sama lagi. Di kejar-kejar ular dan aku ketakutan. Aku berteriak dengan sangat kencang di mimpi. Setelah bangun aku jadi sedih dan menyanyi dalam hati lagu sedih tak berujung tersebut.
“udah bangun
tapi kok belum mandi? Mandi sana nanti terlambat loh” aku segera bangun dari
tempat tidurku yang rasanya sangat susah untuk ditinggalkan itu.
“hari ini kamu naik motor, di jemput luna atau bareng sama ayah?” tentunya tak ada pertanyaan “apa mau bareng zakki?” karena gak mungkin aku bareng zakki. Zakki pasti sudah berangkat pagi-pagi sekali untuk kuliah paginya, dengan mengendarai motor Honda kesayangannya.
“belum tau” kataku sambil berjalan keluar kamarku, mengambil handuk, lalu masuk ke dalam kamar mandi.
“hari ini kamu naik motor, di jemput luna atau bareng sama ayah?” tentunya tak ada pertanyaan “apa mau bareng zakki?” karena gak mungkin aku bareng zakki. Zakki pasti sudah berangkat pagi-pagi sekali untuk kuliah paginya, dengan mengendarai motor Honda kesayangannya.
“belum tau” kataku sambil berjalan keluar kamarku, mengambil handuk, lalu masuk ke dalam kamar mandi.
Keluarnya
aku dari kamar mandi- aku terlalu bersemangat. Aku berlari kencang walaupun tak
secepat pelari marathon. Aku tak yakin apakah tadi aku sudah benar-benar mandi, ataukah sebenarnya aku tadi mandi atau tidak. Aku sudah benar-benar lupa
karena terlalu sibuk dengan fikiranku. Pertanyaan ibuku tadi sungguh
menginspirasiku. Kalau berangkat sendiri males, berangkat sama luna kan enak di
boncengin. Sama ayah lebih enak lagi, aku hanya perlu duduk dan mengamati jalan
yang penuh dengan berbagai macam kegiatan manusia. Tapi dibalik itu semua, aku
harus naik apa agar aku lebih cepat datang kesekolah? Bukan untuk urusan pintu
gerbang akan ditutup atau tidak. Aku memikirkan tentang bintang. Ini pengecut.
Bukan seperti aku yang selalu berani menghadapi masalah apapun. Tapi sementara
aku fikir ini yang terbaik. Saat mandi aku baru ingat semalam bintang berkata ingin
meminta jawaban besok saat bertemu disekolah. Jujur saja aku merasa tertekan
dan bingung. Aku belum kefikiran sama sekali tentang ini. semalam aku hanya
memikirkan gilang,gilang,dan gilang. Aku belum punya jawaban. Jadi aku benar-benar
takut jika hari ini aku bertemu dengan bintang. Aku memakai baju cepat-cepat.
Sengaja tidak shampoan supaya aku tak perlu repot-repot mengeringkan rambut.
Memakai gelang asal-asalan. Rambutku disisir dengan sangat cepat- inilah keuntungan rambut pendekku. tak perlu repot-repot menguncir rambut. Tapi aku masih lama lagi. Aku lupa semalam aku
sama sekali tidak mengecek buku pelajaran untuk hari ini- itu tandanya aku
tidak belajar semalaman. Semalam aku benar-benar pusing dan badanku
pegal-pegal. Mungkin lain kali keluargaku harus menyewa tukang pijit yang akan
di jadikan langganan. Akupun memasukkan buku dengan berantakan. Saat panik akan
lebih sulit mencari barang yang ingin aku temukan. Akupun menjejerkan buku
pelajaran ku ke lantai. Dengan cara ini buku pelajaranku lebih cepat di
temukan- walaupun aku jadi pusing melihat kamarku yang jadi berantakan. Mencari
kunci motorku sungguh tidak sulit, karena kunci motorku selalu aku taruh di
laci meja belajar. Dan tentunya STNK yang selalu aku taruh di dalam dompet. Aku
keluar sambil berlari kecil. Mengambil kunci kamar yang sebelumya tersangkut di
lubang pintu. Akupun keluar dan langsung menguncinya. Lebih aman begini
daripada membiarkan ibuku tau tentang keadaan di dalam kamar. Aku takut tak
dapat jatah makan malam saat aku sedang lapar-laparnya. Saat turun ke tangga
aku berusaha sangat santai- tak ingin membuat orang tuaku bertanya- Tanya
terlalu banyak. Dan sungguh pertanyaan orang tuaku sangat membuang waktuku. Aku
seperti di kejar-kejar waktu sekarang.
sarapan sudah di siapkan. Aku harus makan nasi goreng hari ini. aku mendesah panjang- walaupun di pelankan. Aku takut ayahku yang sedang sarapan tiba-tiba menengok dan bertanya padaku. Aku benar-benar tidak ingin membuat mereka bertanya pagi ini. Ibuku sedang berada di dapur, segera kembali dengan secangkir air putih. Sebelum akhirnya ibu bertanya aku segara menunjukkan kunci motorku. Ibuku melihatnya lalu berkata “tumben”. Memang tumben. Mengingat aku yang sekarang ingin buru-buru untuk datang lebih awal kesekolah. Aku hanya mengangguk sambil makan nasi goreng yang porsinya sedikit- tidak seperti biasanya. Aku segera berkata, menghindari pertanyaan. “lagi diet hari ini”. hal ini aman agar ayahku tidak bertanya tentang porsi makanku. Tapi aku takut mungkin ayah bertanya “kenapa?” aku buru-buru berkata. “hari ini ada penilaian olahraga lompat tinggi. Lebih mudah badanku enteng. Aku gak mau nanti aku gak bisa lompat gara-gara kebanyakan makan” akhirnya ayah menjawab “oh” aku senang melewati sarapan dengan baik. Aku salam pada orang tua dan mereka memberikan wujengan dan segala macamnya. Aku hanya mengangguk. Kali ini aku tak takut dengan suruhan “pulang cepat” karena tentu untuk hari ini dan seterusnya aku akan pulang cepat. Entah sampai kapan aku harus begini.
sarapan sudah di siapkan. Aku harus makan nasi goreng hari ini. aku mendesah panjang- walaupun di pelankan. Aku takut ayahku yang sedang sarapan tiba-tiba menengok dan bertanya padaku. Aku benar-benar tidak ingin membuat mereka bertanya pagi ini. Ibuku sedang berada di dapur, segera kembali dengan secangkir air putih. Sebelum akhirnya ibu bertanya aku segara menunjukkan kunci motorku. Ibuku melihatnya lalu berkata “tumben”. Memang tumben. Mengingat aku yang sekarang ingin buru-buru untuk datang lebih awal kesekolah. Aku hanya mengangguk sambil makan nasi goreng yang porsinya sedikit- tidak seperti biasanya. Aku segera berkata, menghindari pertanyaan. “lagi diet hari ini”. hal ini aman agar ayahku tidak bertanya tentang porsi makanku. Tapi aku takut mungkin ayah bertanya “kenapa?” aku buru-buru berkata. “hari ini ada penilaian olahraga lompat tinggi. Lebih mudah badanku enteng. Aku gak mau nanti aku gak bisa lompat gara-gara kebanyakan makan” akhirnya ayah menjawab “oh” aku senang melewati sarapan dengan baik. Aku salam pada orang tua dan mereka memberikan wujengan dan segala macamnya. Aku hanya mengangguk. Kali ini aku tak takut dengan suruhan “pulang cepat” karena tentu untuk hari ini dan seterusnya aku akan pulang cepat. Entah sampai kapan aku harus begini.
Pagi ini aku
lewati hari dengan terus berdoa dan berharap dengan sepenuh hati untuk tidak
bertemu bintang. Di perjalanan tadi aku benar-benar ngebut. Sangat mudah ngebut
saat aku sedang mengendarai motor sendiri daripada bersama teman. Kalau ada
teman di belakangku aku agak lamban mengendarai karena mengobrol di sepanjang
perjalanan bersama teman. Hingga akhirnya aku sampai di parkiran motor. Tapi
itu tentu tak membuatku tenang juga. Parkiran motor masih lumayan sepi.
Biasanya anak-anak sekolah mulai ramai pada saat pukul 06.55. dengan buru-buru
dan hampir saja lupa aku menaruh helm pada spion motor. Untung di ingatkan oleh
temanku yang kebetulan melihatku. Aku tertawa gugup. Tapi nyatanya ketakutanku
pun tak terbukti. Sekolahku mempunyai tiga gerbang. Yang satu paling sebelah
kiri- yang selalu terbuka seperti gerbang sebelah kanan. Lalu satu gerbang lagi
di antara gerbang kiri dan kanan. Tapi gerbang tengah sangat jarang di buka.
Tentu saja aku memilih gerbang paling kanan. Aku sudah memikirkan ini
matang-matang. Gerbang kiri sangat tidak aman untuk aku masuki. Pertama, aku
takut bintang sudah datang lalu dapat melihatku. Lagipula bila aku melewati tangga
utama yang dekat ruang tata usaha berarti aku harus melewati kelas bintang- itu
tindakan yang sangat bodoh. Gerbang paling kanan tentu yang paling aman.
Gerbang paling kanan selalu bisa memberiku pilihan. Pilihan pertama aku bisa
melewati tangga yang dekat ruang TU tersebut. Dan pilihan kedua- pilihan yang
paling menguntungkan dan aman untukku, aku bisa melewati tangga yang paling
belakang. Tangga tersebut dekat dengan ruang lab kimia dan biologi. Tangga itu
bisa membuat diriku ke kelas tanpa harus melewati kelas bintang. Tapi aku masih deg
degan. Tangga tersebut biasanya sangat jarang di buka. Ibu perpustakaan- yang
memegang kunci gembok tangga jarang datang pagi. Tapi akhirnya nafasku lega
juga saat melihat pintu tangga tersebut terbuka. Oh pagi ini sangat berjalan
dengan mudah.
Dan
disinilah akhirnya. Jantungku mulai berdebar tak karuan- seperti baru pertama
kali. Aku rasa detaknya masih sama seperti pertama kali aku melihatnya.
Cinta ini
kadang-kadang tak ada logika
Oh tidak.
Lagu itu tidak bisa menggambarkan isi hatiku.
Mohon tuhan untuk
kali ini saja
beri aku kekuatan tuk menatap matanya
mohon tuhan untuk kali ini saja
lancarkanlah hariku
hariku bersamanya...
hariku bersamanya...
beri aku kekuatan tuk menatap matanya
mohon tuhan untuk kali ini saja
lancarkanlah hariku
hariku bersamanya...
hariku bersamanya...
Sebenarnya
aku benar benar berdoa. Aku ingin benar-benar di beri kelancaran. Aku ingin
sekali tak merusak harinya. Aku juga ingin hariku dilancarkan untuk bersamanya.
Tapi siapa yang benar-benar tau tentang harimu? Siapa yang tau tuhan mau
berkehendak apa untuk setiap hari-harimu?
Gubrak
Siapa yang
jatuh? Lalu semua teman sekelasku yang sebagian sudah menengok ke arahku. Hey
apa yang kalian lakukan? Bantu aku bantu aku. Aku berteriak dalam hati. Di hati
kecil tanpa sadar aku berharap gilang yang segera bangun dari duduknya lalu
menolongku. Seperti cerita ftv- cowok yang kamu suka tiba-tiba datang
menolongmu. Oh. Aku lupa ini dunia nyata.
“hahahahahaha”
tebak, tawa siapa yang paling kencang? Aku sampai tak percaya.
“gilang kenceng banget tawanya” kata temanku vani.
“lagian orang udah aneh banget pagi-pagi” seketika lagu SO7 yang aku senandungkan tadi benar-benar hancur tak bersisa. Temanku yang bernama nurul dengan sangat baik menolongku yang masih terduduk kesakitan di lantai. “terimakasih” ucapku santun. Rasa sakitnya tidak sebanding dengan malu yang lebih besar. Dan kata-kata gilang yang tambah membuatku lemas tak bersemangat. Akupun segera duduk. Takut nanti aku jatuh lagi. Teman sebangku ku mawa belum datang juga. Temanku yang duduk di belakangku sedang mengerjakan pr. Aku melihat sedikit dan kaget bahwa aku tak mengerjakan pr kimia. Aku jadi sangat menyesal tidak membuka buku semalaman. Aku ini…..bilang ingin masuk jurusan teknik kimia, tapi kenapa aku malah begini? Dengan sangat tanggap aku mengerjakan pr kimia. Sebenarnya ini tidak begitu sulit karena sudah aku pelajari dalam les. Aku mengerjakannya dengan terburu-buru. Takut guruku- bu yani akan datang ke kelas dengan cepat.
teman sebangkuku mawa akhirnya sudah datang. Aku kira ia tidak masuk sekolah lagi seperti hari sabtu kemarin. “masuk juga lo, gue kira gak masuk lagi”
“faaaaaaaaar, lo apain rambut lo sampai di potong pendek gitu? Stress lu ya?” suara mawa menguasai ruangan kelas. Akhirnya. Ada juga orang yang sadar rambutku ini di potong se telinga. Tadinya aku kira di kelas ini tidak ada yang waras selain aku. Aku hanya tersenyum sebagai balasan, bahkan masih melihat ke tulisan ku yang seperti ceker ayam ini. aku sangat tidak ingin membuang waktu untuk berkomentar pagi ini. mengingat mood ku yang sangat tidak bagus, dan aku takut mengeluarkan kata-kata kasar malah. Teman-teman yang lain melihatku lagi. Mulai bergumam “oh iya” “iya yah far, kok gue baru sadar” dan banyak sekali tanggapan mereka yang aku dengar. aku membalas tanggapan mereka dalam hati “iya, gue juga baru sadar kalau kalian menyebalkan” tapi seperti kataku bilang, aku tak mengeluarkan suara. Tau-tau sebentar lagi aku akan mengobrak-ngabrik kelas mungkin. Aku sempat memperhatikan meja di depan dekat meja guru. Gilang tak menengok. Sama sekali, tak terusik seperti teman-temanku yang lainnya. Aku benar-benar tidak menarik ya untuknya?. Aku jadi benar-benar tak konsen mendengar suara anak-anak kelas yang sudah mulai berdatangan. Akan sangat sulit menghitung dalam keramaian- jadi membuang waktu karena terus mengulang hitungan. Aku berdiri juga dari tempat dudukku. Ke luar kelas dan melihat pemandangan di bawahku yang sebenarnya tidak menarik sama sekali. Memangnya aku mengharapkan pemandangan apa? Air sungai yang jernih? Atau pemandangan pegunungan yang terbentang selama mataku memandang. ini Bekasi, bukan di puncak, bukan di bandung. Bekasi- sejauh mata memandang kamu bisa melihat gedung atau bangunan yang lumayan tinggi. Asyik melamun dan berangan-angan tinggal di daerah pegunungan, walaupun aku tau aku takkan pindah kesana. Akhirnya aku jengah juga dengan imajinasiku yang kelewat sempurna, karena kenyataannya sekarang aku harus kembali ke dunia nyata. Aku masuk juga ke dalam, otakku sudah lumayan fresh dan sudah mulai siap mengerjakan pr kimia kembali. Saat kembali ke meja, kertas jawaban kimia ku tidak ada. Aku melihat ke meja mawa juga tidak ada. Aku berusaha tenang walaupun tidak bisa- aku ini orangnya panikan dan terlalu emosional. “wa, liat kertas jawaban gue gak?” tanyaku sambil mencari-cari kelantai. Mungkin jatuh karena terkena angin atau semacamnya. “di gilang, tadi di ambil” aku segera menengok dan dapat melihat kertas jawabanku yang ada di meja gilang. Kebiasaan. Ujarku. Selalu mengambil tanpa bilang dan membuatku panik. Dia memang selalu membuatku panik. Aku segera datang ke mejanya dengan derap langkah yang di lebih-lebihkan. Aku mendapati ia tersenyum kearah kertasku.
“gilang kenceng banget tawanya” kata temanku vani.
“lagian orang udah aneh banget pagi-pagi” seketika lagu SO7 yang aku senandungkan tadi benar-benar hancur tak bersisa. Temanku yang bernama nurul dengan sangat baik menolongku yang masih terduduk kesakitan di lantai. “terimakasih” ucapku santun. Rasa sakitnya tidak sebanding dengan malu yang lebih besar. Dan kata-kata gilang yang tambah membuatku lemas tak bersemangat. Akupun segera duduk. Takut nanti aku jatuh lagi. Teman sebangku ku mawa belum datang juga. Temanku yang duduk di belakangku sedang mengerjakan pr. Aku melihat sedikit dan kaget bahwa aku tak mengerjakan pr kimia. Aku jadi sangat menyesal tidak membuka buku semalaman. Aku ini…..bilang ingin masuk jurusan teknik kimia, tapi kenapa aku malah begini? Dengan sangat tanggap aku mengerjakan pr kimia. Sebenarnya ini tidak begitu sulit karena sudah aku pelajari dalam les. Aku mengerjakannya dengan terburu-buru. Takut guruku- bu yani akan datang ke kelas dengan cepat.
teman sebangkuku mawa akhirnya sudah datang. Aku kira ia tidak masuk sekolah lagi seperti hari sabtu kemarin. “masuk juga lo, gue kira gak masuk lagi”
“faaaaaaaaar, lo apain rambut lo sampai di potong pendek gitu? Stress lu ya?” suara mawa menguasai ruangan kelas. Akhirnya. Ada juga orang yang sadar rambutku ini di potong se telinga. Tadinya aku kira di kelas ini tidak ada yang waras selain aku. Aku hanya tersenyum sebagai balasan, bahkan masih melihat ke tulisan ku yang seperti ceker ayam ini. aku sangat tidak ingin membuang waktu untuk berkomentar pagi ini. mengingat mood ku yang sangat tidak bagus, dan aku takut mengeluarkan kata-kata kasar malah. Teman-teman yang lain melihatku lagi. Mulai bergumam “oh iya” “iya yah far, kok gue baru sadar” dan banyak sekali tanggapan mereka yang aku dengar. aku membalas tanggapan mereka dalam hati “iya, gue juga baru sadar kalau kalian menyebalkan” tapi seperti kataku bilang, aku tak mengeluarkan suara. Tau-tau sebentar lagi aku akan mengobrak-ngabrik kelas mungkin. Aku sempat memperhatikan meja di depan dekat meja guru. Gilang tak menengok. Sama sekali, tak terusik seperti teman-temanku yang lainnya. Aku benar-benar tidak menarik ya untuknya?. Aku jadi benar-benar tak konsen mendengar suara anak-anak kelas yang sudah mulai berdatangan. Akan sangat sulit menghitung dalam keramaian- jadi membuang waktu karena terus mengulang hitungan. Aku berdiri juga dari tempat dudukku. Ke luar kelas dan melihat pemandangan di bawahku yang sebenarnya tidak menarik sama sekali. Memangnya aku mengharapkan pemandangan apa? Air sungai yang jernih? Atau pemandangan pegunungan yang terbentang selama mataku memandang. ini Bekasi, bukan di puncak, bukan di bandung. Bekasi- sejauh mata memandang kamu bisa melihat gedung atau bangunan yang lumayan tinggi. Asyik melamun dan berangan-angan tinggal di daerah pegunungan, walaupun aku tau aku takkan pindah kesana. Akhirnya aku jengah juga dengan imajinasiku yang kelewat sempurna, karena kenyataannya sekarang aku harus kembali ke dunia nyata. Aku masuk juga ke dalam, otakku sudah lumayan fresh dan sudah mulai siap mengerjakan pr kimia kembali. Saat kembali ke meja, kertas jawaban kimia ku tidak ada. Aku melihat ke meja mawa juga tidak ada. Aku berusaha tenang walaupun tidak bisa- aku ini orangnya panikan dan terlalu emosional. “wa, liat kertas jawaban gue gak?” tanyaku sambil mencari-cari kelantai. Mungkin jatuh karena terkena angin atau semacamnya. “di gilang, tadi di ambil” aku segera menengok dan dapat melihat kertas jawabanku yang ada di meja gilang. Kebiasaan. Ujarku. Selalu mengambil tanpa bilang dan membuatku panik. Dia memang selalu membuatku panik. Aku segera datang ke mejanya dengan derap langkah yang di lebih-lebihkan. Aku mendapati ia tersenyum kearah kertasku.
“kalau mau
liat bilang dong” benar kan- aku emosi dan tidak berkata santai.
“pelit nih, mau liat doang bentar”
“bukan pelit, tapi lo harusnya bilang dulu. Gue belum selesai” aku segera mengambil kertas jawabanku yang kemudian di tahan oleh gilang. “bentar lagi far, nanggung” “ah enggak-enggak. Nanti bu yani dateng cepet lagi ke kelas” “nanggung far” “liatnya nanti kalau udah selesai”
“pelit nih, mau liat doang bentar”
“bukan pelit, tapi lo harusnya bilang dulu. Gue belum selesai” aku segera mengambil kertas jawabanku yang kemudian di tahan oleh gilang. “bentar lagi far, nanggung” “ah enggak-enggak. Nanti bu yani dateng cepet lagi ke kelas” “nanggung far” “liatnya nanti kalau udah selesai”
Robek.
Kertas jawabanku robek. Aku langsung berdiri lemas dan melihat kertas jawabanku
yang tak berbentuk itu. Semakin terlihat kertas oret-oretan karena tulisanku
yang berantakan. Aku sudah terburu-buru mengerjakan pr tapi dengan begitu
mudahnya kertas itu robek…. gilang langsung nyengir dan tertawa. Ia masih memegang kertas jawabanku
yang robek. Rasanya sangat menyebalkan di pagi hari. Awal hari yang buruk. Semenjak
tadi setelah aku jatuh di kelas, berkelanjutanlah hari menyedihkanku. Untung
tak ada backsound lagu yang menyedihkan pula. Akhirnya aku hanya mengambil
kertas jawabanku dari tangan gilang lalu duduk di meja ku. Mukaku masih cemberut
dan bt. Mawa yang melihatnya tertawa dan memberikan kata-kata simpatik yang
sederhana. Kembali aku mengambil kertas yang masih kosong di tengah-tengah
buku. Ingin menyalinnya kembali. Gilang langsung berdiri dan berbicara maaf-maaf
sambil berjalan kearah mejaku. Aku cukup menghargai permohonan maafnya. Tapi
tetap saja aku kesal ketika akhirnya ia bilang “lagian ada hikmahnya juga
robek, biar bisa nyalin lagi. Tulisannya bagusin dikit kek. tadi jelek banget
kayak ceker ayam” aku langsung meremas kertas jawabanku yang tadi sobek dan
langsung melemparkan ke arah gilang. “YA TULISAN GUE MEMANG JELEK KAYAK CEKER
AYAM, MEMANGNYA KENAPA? MASALAH?”
“YA MASALAH. LO TUH JADI CEWEK SUKANYA MARAH-MARAH MULU. BIASA AJA KALI. MALES GUE TEMENAN SAMA ORANG KAYA LO”
“YA MASALAH. LO TUH JADI CEWEK SUKANYA MARAH-MARAH MULU. BIASA AJA KALI. MALES GUE TEMENAN SAMA ORANG KAYA LO”
Aku
membayangkannya dengan ngeri. Jika aku berteriak dan mengatakan seperti itu,
aku takut gilang jadi menghindar dengan cewek emosional dan pemarah seperti ku.
Seperti ini saja sudah cukup. Jangan buat gilang menjauhi ku karena sikapku yang
seperti ini.
“kayak tulisan lo gak kayak ceker ayam aja” jawabku enteng. Lega karena aku tak berteriak-teriak seperti bayanganku.
“wes tulisan gue mah bagus ya”
“tulisan lo lebih jelek. Lebih ceker dari cekernya ayam gue”
“makanya, batu sih lo dibilang liat dulu bentar malah mau ngambil” ucapnya sambil tertawa. Anak-anak langsung menimpali “parah lo lang” “tau lu lang udah bikin gondok orang aja pagi-pagi” dalam hati aku sudah me retweet- bahkan memfavoritkan kan kata-kata mereka- seperti twitter saja. Di dalam otakku aku sedang mengetik kata-kata yang di khususkan untuk gilang.
“kayak tulisan lo gak kayak ceker ayam aja” jawabku enteng. Lega karena aku tak berteriak-teriak seperti bayanganku.
“wes tulisan gue mah bagus ya”
“tulisan lo lebih jelek. Lebih ceker dari cekernya ayam gue”
“makanya, batu sih lo dibilang liat dulu bentar malah mau ngambil” ucapnya sambil tertawa. Anak-anak langsung menimpali “parah lo lang” “tau lu lang udah bikin gondok orang aja pagi-pagi” dalam hati aku sudah me retweet- bahkan memfavoritkan kan kata-kata mereka- seperti twitter saja. Di dalam otakku aku sedang mengetik kata-kata yang di khususkan untuk gilang.
Kamu
nyebelin. Tapi aku tetap suka
kamu ngebetein. Tapi aku tetap suka
kamu bikin gondok. Tapi aku tetap suka
aku suka. tapi apa kamu suka?
kamu ngebetein. Tapi aku tetap suka
kamu bikin gondok. Tapi aku tetap suka
aku suka. tapi apa kamu suka?
Comments
Post a Comment
Terimakasih telah membaca blog saya! bisa kali tulis komentarnya disini